Di usia segini, perihal mencintai, baik itu afeksi, afirmasi atau bahkan intimasi, semuanya merupakan hal-hal yg mustahil kita pungkiri.
Jauh dekat, sering jarang, teknis filosofis, pasti tubuh tetap meminta diisi perihal-perihal tadi.
Tapi aku enggan ketika itu semua nyatanya justru memadamkan api-api lain di dalam diri. Menyesatkan kita jadi hilang kendali, dalam rangka mengejar mimpi-mimpi dan kontribusi. Atau sekadar bersikap kritis buat negeri.
Cinta itu seyogyanya menguatkan pribadi.
Dulu hanya mampu berjalan, maka dengan cinta harus bisa berlari.
Dulu hanya mampu melisankan narasi, maka dengan cinta harusnya bisa lantang berorasi.
Dulu hanya mampu memproduksi, maka dengan cinta haruslah bisa memberi arti.
Tidak ada cinta yang justru mengkerdilkan kualitas sendiri, maupun menyengaja-rendahkan kualifikasi hanya biar tidak malam mingguan sendiri.
Aku ingin cinta yang bisa terus meneguhkan pendirian, meluhurkan niatan-niatan, dan membesarkan harapan.
Aku ingin cinta yang di tiap warnanya, menjauhkanku pula dari segala tekanan, ancaman, atau teror tiada berkesudahan.
Aku ingin cinta yang bisa memayungiku dengan rasa aman, penuh dukungan, serta saling memberi masukan.
Ini semua bukan pula kutulis dengan maksud menyampaikan tuntutan-tuntutan, apalagi sindiran-sindiran. Hanya agar kita terus berpegang teguh pada ingatan:
betapa indahnya cinta, yang di kepala sejuk menenangkan, sedang di hati hangat menentramkan.
Jauh dekat, sering jarang, teknis filosofis, pasti tubuh tetap meminta diisi perihal-perihal tadi.
Tapi aku enggan ketika itu semua nyatanya justru memadamkan api-api lain di dalam diri. Menyesatkan kita jadi hilang kendali, dalam rangka mengejar mimpi-mimpi dan kontribusi. Atau sekadar bersikap kritis buat negeri.
Cinta itu seyogyanya menguatkan pribadi.
Dulu hanya mampu berjalan, maka dengan cinta harus bisa berlari.
Dulu hanya mampu melisankan narasi, maka dengan cinta harusnya bisa lantang berorasi.
Dulu hanya mampu memproduksi, maka dengan cinta haruslah bisa memberi arti.
Tidak ada cinta yang justru mengkerdilkan kualitas sendiri, maupun menyengaja-rendahkan kualifikasi hanya biar tidak malam mingguan sendiri.
Aku ingin cinta yang bisa terus meneguhkan pendirian, meluhurkan niatan-niatan, dan membesarkan harapan.
Aku ingin cinta yang di tiap warnanya, menjauhkanku pula dari segala tekanan, ancaman, atau teror tiada berkesudahan.
Aku ingin cinta yang bisa memayungiku dengan rasa aman, penuh dukungan, serta saling memberi masukan.
Ini semua bukan pula kutulis dengan maksud menyampaikan tuntutan-tuntutan, apalagi sindiran-sindiran. Hanya agar kita terus berpegang teguh pada ingatan:
betapa indahnya cinta, yang di kepala sejuk menenangkan, sedang di hati hangat menentramkan.