Sejak pertama kali aku punya blog hingga hari ini, aku selalu bingung tentang satu hal: kalimat pembuka. Berpuluh-puluh tulisan yang udah aku tulis di sini pasti selalu dimulai dari rancunya kalimat pembuka. Engga jauh-jauh dari well-jadi-so-ceritanya dan lain-lain. Padahal itu cuma tulisan curahan hati yang nggak banyak membantu bagi kemajuan bangsa, hahaha.
Kali ini aku mau cerita pengalaman sekaligus mencoba mengambil hikmah dari setiap kejadian-kejadiannya.
Dari awal aku masuk SMA sampai pukul 13.00 tanggal 9 Mei kemarin, kampus yang hatiku seakan berada di dalamnya (bahasa guee wkw) itu cuma ITB. Institut Terbaik Bangsa. Iya, sekolahnya Habibie. Entah kenapa, kayaknya Habibie itu membawa pengaruh yang besr dalam hidupku. Waktu lulus SMP 3 tahun yang lalu, aku gila mati pengen masuk MAN Insan Cendekia Serpong. Bentukan Habibie waktu dulu. Belajar maksimal sampe jadi ranking 1 Paralel semester 5, tapi ternyata belum cukup untuk bisa masuk sana. Sehingga terdamparlah aku di SMAIT Insantama Bogor. Di SMA, aku cita-citanya ITB. ITB. ITB. Wes, poko e ITB. Bener-bener karena kampusnya, bukan fakultas, apalagi jurusan. Awalnya aku mau sipil gara-gara inspired by my om sing sugih byanget. Hahaha #mataduwitan. Tapi terus ganti ke Arsitektur gara-gara aku ngeliat kertas-kertas sketsa bangunan/denah zaman kecil dulu. Tapi akhirnya aku jatuh sejatuh-jatuhnya cinta sama Manajemen Rekayasa Industri ITB. Aku sampe ngefavorit semua laman per-industri-an di internet. Ngedownload semua video-video OSKMnya ITB di youtube. Beneran cinta.
Tapi sayangnya kepercayaan diriku masih cemen banget. Karena otakku yang emang volumenya segini-segini doang dan sekolahku yang belom ada apa-apanya di mata ITB, waktu SNMPTN kemaren aku pilih dua; (1) Teknologi Industri Pertanian (TIN) dan (2) Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE). Dua-duanya IPB.
Udah kebaca kan endingnya gimana?
Well, pilihan satu aku di TIN itu karena seenggaknya masih senggol-senggolan sama Teknik Industri yang aku cintai selama ini. Seenggaknya. Pilihan dua kenapa lompat banget? Sepele, karena dari SD aku pramuka aktif. SMP jadi penggalang terap. Aku duta sanitasi. Suka jalan-jalan. Dari kecil bacaannya national geographic, kaset-kasetnya planet earth. Dan KSHE itu almamater bapakku. Jadinya aku seneng aja gitu.
Sambil nunggu hasil SNMPTN, aku juga milih untuk ikut les Super Intensif di Nurul Fikri bareng temen-temen yang lain. Seminggu sekali, kita ikut TryOut untu mengukur kemampuan kita pake nilai nasional. Iya, yang ratus-ratusan itulah. Sejauh ini, nilai-nilaiku lumayan. 629, 654, 689. Dan dari TO itu aku sebetulnya udah cukup siap untuk diterima di TIN IPB. Apalagi KSHE, udah kelewat jauh.
Nah, tanggal 9,10,11 Mei kemarin, aku dan temen-temen satu angkatan ikut Pesantren Wisuda. Semacam the ultimate program of the whole three years' superb circle. Dan jadinya kami baru dikasih tau perihal kelulusan SNMPTN ini jam 22 lebih. Waktu Pak Karebet mengumumkan nama-nama yang lulus dengan dramatisasi yang nyebelin banget, ternyata ada namaku disebut. Tapi kalimat selanjutnya adalah; Fahutan; Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
JGER.
Indescribable feelings.
Tapi aku sujud syukur.
Malamnya aku baru tidur jam tiga subuh.
Ini bener-bener pertama kalinya dalam 17 tahun hidupku ngerasain indescribable feelings yang berbobot. Pan biasanya cuma cenat-cenut disukain atau dilepeh wkw. Tapi ini masa depan gitu loh.
Seneng? Banget. Karena itu artinya aku nggak perlu lagi patungan bayar carteran angkot tiap mau ke NF. Karena artinya aku nggak perlu lagi ikut tes SBMPTN. Tes sehari yang ditentukan dengan 90+60 soal atau +60 soal lagi kalo IPC. Tes yang kita gaktau ada halangan apa di hari-H atau bahkan pasca-H. Artinya, aku nggak perlu juga bersaing dengan anak-anak RONIN (btw gw baru tau maksud ronin gara2 baca Hujan Bulan Juni. Read it also!) yang mungkin udah lancar ngigo soal2 SAINTEK yang amit-amit itu,hehehe.
Kali ini aku mau cerita pengalaman sekaligus mencoba mengambil hikmah dari setiap kejadian-kejadiannya.
Dari awal aku masuk SMA sampai pukul 13.00 tanggal 9 Mei kemarin, kampus yang hatiku seakan berada di dalamnya (bahasa guee wkw) itu cuma ITB. Institut Terbaik Bangsa. Iya, sekolahnya Habibie. Entah kenapa, kayaknya Habibie itu membawa pengaruh yang besr dalam hidupku. Waktu lulus SMP 3 tahun yang lalu, aku gila mati pengen masuk MAN Insan Cendekia Serpong. Bentukan Habibie waktu dulu. Belajar maksimal sampe jadi ranking 1 Paralel semester 5, tapi ternyata belum cukup untuk bisa masuk sana. Sehingga terdamparlah aku di SMAIT Insantama Bogor. Di SMA, aku cita-citanya ITB. ITB. ITB. Wes, poko e ITB. Bener-bener karena kampusnya, bukan fakultas, apalagi jurusan. Awalnya aku mau sipil gara-gara inspired by my om sing sugih byanget. Hahaha #mataduwitan. Tapi terus ganti ke Arsitektur gara-gara aku ngeliat kertas-kertas sketsa bangunan/denah zaman kecil dulu. Tapi akhirnya aku jatuh sejatuh-jatuhnya cinta sama Manajemen Rekayasa Industri ITB. Aku sampe ngefavorit semua laman per-industri-an di internet. Ngedownload semua video-video OSKMnya ITB di youtube. Beneran cinta.
Tapi sayangnya kepercayaan diriku masih cemen banget. Karena otakku yang emang volumenya segini-segini doang dan sekolahku yang belom ada apa-apanya di mata ITB, waktu SNMPTN kemaren aku pilih dua; (1) Teknologi Industri Pertanian (TIN) dan (2) Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE). Dua-duanya IPB.
Udah kebaca kan endingnya gimana?
Well, pilihan satu aku di TIN itu karena seenggaknya masih senggol-senggolan sama Teknik Industri yang aku cintai selama ini. Seenggaknya. Pilihan dua kenapa lompat banget? Sepele, karena dari SD aku pramuka aktif. SMP jadi penggalang terap. Aku duta sanitasi. Suka jalan-jalan. Dari kecil bacaannya national geographic, kaset-kasetnya planet earth. Dan KSHE itu almamater bapakku. Jadinya aku seneng aja gitu.
Sambil nunggu hasil SNMPTN, aku juga milih untuk ikut les Super Intensif di Nurul Fikri bareng temen-temen yang lain. Seminggu sekali, kita ikut TryOut untu mengukur kemampuan kita pake nilai nasional. Iya, yang ratus-ratusan itulah. Sejauh ini, nilai-nilaiku lumayan. 629, 654, 689. Dan dari TO itu aku sebetulnya udah cukup siap untuk diterima di TIN IPB. Apalagi KSHE, udah kelewat jauh.
Nah, tanggal 9,10,11 Mei kemarin, aku dan temen-temen satu angkatan ikut Pesantren Wisuda. Semacam the ultimate program of the whole three years' superb circle. Dan jadinya kami baru dikasih tau perihal kelulusan SNMPTN ini jam 22 lebih. Waktu Pak Karebet mengumumkan nama-nama yang lulus dengan dramatisasi yang nyebelin banget, ternyata ada namaku disebut. Tapi kalimat selanjutnya adalah; Fahutan; Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
JGER.
Indescribable feelings.
Tapi aku sujud syukur.
Malamnya aku baru tidur jam tiga subuh.
Ini bener-bener pertama kalinya dalam 17 tahun hidupku ngerasain indescribable feelings yang berbobot. Pan biasanya cuma cenat-cenut disukain atau dilepeh wkw. Tapi ini masa depan gitu loh.
Seneng? Banget. Karena itu artinya aku nggak perlu lagi patungan bayar carteran angkot tiap mau ke NF. Karena artinya aku nggak perlu lagi ikut tes SBMPTN. Tes sehari yang ditentukan dengan 90+60 soal atau +60 soal lagi kalo IPC. Tes yang kita gaktau ada halangan apa di hari-H atau bahkan pasca-H. Artinya, aku nggak perlu juga bersaing dengan anak-anak RONIN (btw gw baru tau maksud ronin gara2 baca Hujan Bulan Juni. Read it also!) yang mungkin udah lancar ngigo soal2 SAINTEK yang amit-amit itu,hehehe.