Oliver Twist adalah sebuah film Inggris yang dirilis tahun 1968. Film ini bercerita tentang bocah laki-laki yang berusia 10 tahun yang--dapat dibilang--memiliki kehidupan yang menyedihkan. Bocah yang bernama Oliver Twist ini pada mulanya adalah seorang yatim piatu yang kemudian dikirimkan ke gereja. Di gereja, Oliver seperti dipenjara. Ia hanya diberi makan bubur (dan tidak boleh meminta lebih). Setiap hari ia bekerja untuk mencari oaktum, yakni serat-serta tipis dari tali yang--katanya--digunakan oleh keluarga kerajaan. Hidupnya penuh tekanan, hingga sebuah keluarga mengadopsinya. But, his life wasn't getting better yet. Keluarga ini justru amat kasar pada Twist. Ia diberi makanan sisa makanan anjing, tidur diantara peti mati, hingga dilecuti oleh tongkat setiap ia berteriak.
Kekejaman ini membuat Oliver 'terpaksa' lari dari keluarga tersebut. Ia berjalan sejauh 70 mil lebih untuk mencapai London. Di London, ia bertemu Charley dan Dodger yang sedikit lebih tua darinya. Dodger justru membawa Oliver kepada Fagin, orang tua aneh nan bungkuk yang menjadi boss mereka. Fagin adalah bos dari anak-anak jalanan tersebut, yang mengajari mereka menjadi pencopet dan pencur ulung. Bahkan tak terasa! Dan Fagin mengajari Oliver hal yang sama. Membawa Oliver ke dunia kejahatan yang kian kelam. Hingga suatu aksiden menyebabkan Oliver 'terdampar' di rumah seorang kaya raya yang baik hati di Pentoville. Hidup Twist yang aman dan nyaman di Pentoville kemudian terganggu lagi oleh sebuah kejadian.
Kejadian apa itu? Tonton saja di spot-spot kesayangan Anda :D
Review :
Film ini bersetting pada dataran Eropa pada abad 19. Bagaimana bisa? Ya, Oliver Twist sebetulnya merupakan adaptasi dari novel Oliver Twist yang ditulis oleh Sir Charles Dickens. Salah satu penulis yang amat berpengaruh pada zamannya. Sedikit informasi mengenai Charles Dickens, ia merupakan penulis yang terkenal tajam dengan sindiran-sindiran sarkasme mengenai kondisi Inggris pada masa itu. Film Oliver Twist sendiri katanya merupakan film pertama dengan mangambil tokoh protagonis seorang bocah. Juga memiliki plot yang cukup cerdas (Bagi saya yang belum membaca novelnya, bisa dibilang seperti itu). Mendebarkan, meskipun dibeberapa bagian penonton mampu menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Film ini terlihat real salah satunya karena tokoh-tokoh di film tidak ada yang sempurna baik, atau sempurna jahat, sempurna cerdas, atau sempurna bodoh. Tokoh-tokoh protagonis tetap ditunjukan sisi negatifnya, juga sebaliknya. Atau tokoh-tokoh baik yang sayangnya bodoh atau penakut, dan lain sebagainya. Seperti Mr. Srowberry yang baik namun takut justru kepada istrinya sendiri.
Lesson:
Dari film ini, saya pribadi mengambil beberapa pelajaran. Tentu yang pertama adalah wawasan. Melalui film ini, penonton jadi 'melek' akan keadaan Inggris pada masa lalu. Gelap. Penuh kekerasan. Kebrutalan. Pemaksaan pekerjaan pd anak-anak. Dan lainnya.
Kemudian, Be Brave Like Oliver. Meski terkesan pemurung dan menyedihkan, Oliver selalu berani menghadapi semuanya--untuk ukuran 10tahun tentunya. Ia menghindar atau melawan jika ia tak tahan lagi.
Oliver Twist juga mencontohkan kepada kita arti dari sebuah integritas, (meski difilm ia bekrja bagi siapapun.). Ia melakukan tugasnya dengan baik setiap ia mendapat pekerjaan. Terbukti ketika Oliver Twist dititpkan oleh Mr. Brownlow sejumlah buku mahal dan cek bernilai besar, Oliver tidak mengambillnya. Kaitkan dengan kehidupan kita saat ini! Tak usahlah jauh-jauh menyalahi konglomerat yang diatas sana. Lihat saja kediri kita masing-masing. Masih banyak bukan sistem yang kita jalani sehari-hari yang tidak bersih seutuhnya?
Dari film ini kita patut bersyukur. Sebab, kehidupan kita saat ini jauh lebih nyaman dibandingkan dengan masa Oliver. Baik, maaf, mungkin tidak semua, namun, kebanyakan dari kita hidup lebih makmur dibanding dengan Eropa pada masa lalu.
Pelajaran terakhir, pada masa Oliver Twist itu, dibelahan bumi lain. Timur Tengah, bahkan Afrika. Islam sedang berjaya dengan kekhalifahanyya. Gudang-gudang ilmu ramai dikunjungi, perempuan-perempuan terlindungi, anak-anak jalanan tak khawatir lagi. Umat islam jauh lebih beradab saat itu. Lantas, kemana semua kejayaan itu hilang? Mengapa kini Amerika dan Eropa justru menjadi kiblat dari gaya hidup, pendidikan, bahkan pola pikir umat manusia? Saya tidak mengatakan hal tersebut salah. Yang saya tanyakan adalah, mengapa kita, umat Islam, tidak dapat mengembalikan masa-masa keemasan itu? Saya harap bukan 'tidak', tetapi belum. What the hell reasons are those?
Our homeworks.
Rizka.
Kekejaman ini membuat Oliver 'terpaksa' lari dari keluarga tersebut. Ia berjalan sejauh 70 mil lebih untuk mencapai London. Di London, ia bertemu Charley dan Dodger yang sedikit lebih tua darinya. Dodger justru membawa Oliver kepada Fagin, orang tua aneh nan bungkuk yang menjadi boss mereka. Fagin adalah bos dari anak-anak jalanan tersebut, yang mengajari mereka menjadi pencopet dan pencur ulung. Bahkan tak terasa! Dan Fagin mengajari Oliver hal yang sama. Membawa Oliver ke dunia kejahatan yang kian kelam. Hingga suatu aksiden menyebabkan Oliver 'terdampar' di rumah seorang kaya raya yang baik hati di Pentoville. Hidup Twist yang aman dan nyaman di Pentoville kemudian terganggu lagi oleh sebuah kejadian.
Kejadian apa itu? Tonton saja di spot-spot kesayangan Anda :D
Review :
Film ini bersetting pada dataran Eropa pada abad 19. Bagaimana bisa? Ya, Oliver Twist sebetulnya merupakan adaptasi dari novel Oliver Twist yang ditulis oleh Sir Charles Dickens. Salah satu penulis yang amat berpengaruh pada zamannya. Sedikit informasi mengenai Charles Dickens, ia merupakan penulis yang terkenal tajam dengan sindiran-sindiran sarkasme mengenai kondisi Inggris pada masa itu. Film Oliver Twist sendiri katanya merupakan film pertama dengan mangambil tokoh protagonis seorang bocah. Juga memiliki plot yang cukup cerdas (Bagi saya yang belum membaca novelnya, bisa dibilang seperti itu). Mendebarkan, meskipun dibeberapa bagian penonton mampu menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Film ini terlihat real salah satunya karena tokoh-tokoh di film tidak ada yang sempurna baik, atau sempurna jahat, sempurna cerdas, atau sempurna bodoh. Tokoh-tokoh protagonis tetap ditunjukan sisi negatifnya, juga sebaliknya. Atau tokoh-tokoh baik yang sayangnya bodoh atau penakut, dan lain sebagainya. Seperti Mr. Srowberry yang baik namun takut justru kepada istrinya sendiri.
Lesson:
Dari film ini, saya pribadi mengambil beberapa pelajaran. Tentu yang pertama adalah wawasan. Melalui film ini, penonton jadi 'melek' akan keadaan Inggris pada masa lalu. Gelap. Penuh kekerasan. Kebrutalan. Pemaksaan pekerjaan pd anak-anak. Dan lainnya.
Kemudian, Be Brave Like Oliver. Meski terkesan pemurung dan menyedihkan, Oliver selalu berani menghadapi semuanya--untuk ukuran 10tahun tentunya. Ia menghindar atau melawan jika ia tak tahan lagi.
Oliver Twist juga mencontohkan kepada kita arti dari sebuah integritas, (meski difilm ia bekrja bagi siapapun.). Ia melakukan tugasnya dengan baik setiap ia mendapat pekerjaan. Terbukti ketika Oliver Twist dititpkan oleh Mr. Brownlow sejumlah buku mahal dan cek bernilai besar, Oliver tidak mengambillnya. Kaitkan dengan kehidupan kita saat ini! Tak usahlah jauh-jauh menyalahi konglomerat yang diatas sana. Lihat saja kediri kita masing-masing. Masih banyak bukan sistem yang kita jalani sehari-hari yang tidak bersih seutuhnya?
Dari film ini kita patut bersyukur. Sebab, kehidupan kita saat ini jauh lebih nyaman dibandingkan dengan masa Oliver. Baik, maaf, mungkin tidak semua, namun, kebanyakan dari kita hidup lebih makmur dibanding dengan Eropa pada masa lalu.
Pelajaran terakhir, pada masa Oliver Twist itu, dibelahan bumi lain. Timur Tengah, bahkan Afrika. Islam sedang berjaya dengan kekhalifahanyya. Gudang-gudang ilmu ramai dikunjungi, perempuan-perempuan terlindungi, anak-anak jalanan tak khawatir lagi. Umat islam jauh lebih beradab saat itu. Lantas, kemana semua kejayaan itu hilang? Mengapa kini Amerika dan Eropa justru menjadi kiblat dari gaya hidup, pendidikan, bahkan pola pikir umat manusia? Saya tidak mengatakan hal tersebut salah. Yang saya tanyakan adalah, mengapa kita, umat Islam, tidak dapat mengembalikan masa-masa keemasan itu? Saya harap bukan 'tidak', tetapi belum. What the hell reasons are those?
Our homeworks.
Rizka.