Kerendahan Hati-Taufiq Ismail
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Aku pertama kali tahu puisi ini ketika kelas 2 SMP. Tepatnya ketika aku mengikuti seleksi Duta Sanitasi Provinsi 2012 lalu. Pada hari penentuan, yakni hari penulisan karya tulis, hari pembuatan poster, hari penyuluhan/presentasi, sekaligus hari penentuan. Kak Firil tiba-tiba memanggilku, dan menyuruhku mempersiapkan diri untuk membacakan sebuah puisi. Kak Firil memberiku puisi ini. Waktuku hanya sepuluh menit untuk mencerna kalimat ini. Setelah kemudian aku harus membacakannya dihadapan seluruh peserta, dewan juri, dan bahkan tamu undangan (apasih, Riz, sok spesial amat, haha).
Dan, the showtime was came...
Dan, kali ini aku cuma pengen men-share puisi ini kepada kalian. Hingga sekarang, aku masih belum bertanya kenapa waktu itu Kak Firil memilih puisi ini. Entah sebagai motivasi bagi peserta yang nantinya tidak berhasil atau apa.
Yang jelas, puisi ini mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang mungkin akan dilihat berbeda dari setiap kacamata individu.
Bagi sebagian orang, puisi ini bermakna, 'Janganlah kita membanding-bandingkan sesuatu atau mungkin seseorang dengan yang lainnya. Hanya karna dimata kita si A lebih blablabla, si B tidak bisa blablabla. Padahal landasan kita berucap seperti itu hanyalah kasat mata kita'.
Bagi sebagian orang, puisi ini bermakna, 'Jangan berputus asa atas apa yang telah digariskan. Karena kapal raksasa yang mewah sekalipun tetap membutuhkan awaknya agar dapat berjalan. Mengajari bagaimana kita harus bersyukur atas apa yang telah menjadi ketetapan-Nya'.
Bagi sebagian orang, puisi ini bermakna, 'Tetaplah berikhtiar untuk mencapai tujuan kita. Berusahalah terus untuk mempersembahkan yang terbaik. Menjadi jalan raya mulus yang juga mengantarkan orang-orang menuju mata air. Hingga hidup kita tak akan dipenuhi dengan kepasrahan'.
Dan bagi sebagian lainnya, puisi ini bermakna, sesuatu yang mereka pahami yang tidak dapat aku tulis.
Jadilah dirimu.
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri.
ABOUT THE AUTHOR
Hai kenalin! Gue Rizka, sekarang mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB. Gue sukanya banyak, salah satunya adalah nulis dan makin kesini gue makin menyadari ada banyak hal dalam hidup ini yang kadang perlu dikritisi, didukung, atau disebarluaskan. Makanya blog adalah tempat yang gue rasa tepat untuk menyalurkan semua itu. Sambil sesekali bisa jadi tempat gue berbagi cerita. Salam kenal dan selamat membaca!
0 comments:
Post a Comment