Seberapa kental candu dalam darahku,
Aku pun tak tahu..
Kepada facebook aku mengadu
Lewat KKP aku mengode rindu
Di Instagram dan Path kuunggah betapa bahagianya hidup
Betapa kusyukuri kecantikanku, suara merdu, selera tinggi,
dan begitu meriahnya geng sepermainanku
Bila perlu sejagad raya mesti sadar dan hapal
Heeeeeyyyy….. lihatlah aku! Si Cetar sedang merapal!!!
Sombong?
Hhhha.. daripada sirik pada kolase senyum yang dipajang kawan sebelah
Aku pun tak tahu, tapi kami biasa begitu
Tegak bahu, hidung kembang kempis begitu follower berjumlah seribu
Kabar selebriti senantiasa tau
Descendant of the sun?
Wahhh…Apalagi itu!
Engkau sudah pastilah mafhum,
LINE dan WhatsApp tempatnya obrolan diobral
lengkap sticker lucu muka orang-orang terkenal
Di situ, kami bicara basa basi hingga hati ke hati
Bertatapan muka.. ah sudah lawas, tak lagi fleksibel!
Hanya yang benar-benar spesial diperlakukan konvensional
Bahkan, bunyi ketuk pintu dan ucapan salam saat bertamu, tak lagi biasa
cukup getar chat masuk, maka penghuni rumah keluar.
Itu kini biasa.
Mereka bilang aku si generasi Y.
Generasi yang hidup dalam dua dunia : maya & nyata
Memangnya kenapa?
Ini jaman memanglah sudah banyak berubah
Ini jaman.. tahu bulat digoreng dadakan
Jamannya nyanyi dangdut segala bawa ular, eh mati kemudian
Jaman edan!
Mengerikan dan tiada penjagaan atas perempuan
Nyala lilin buat yuyun
Gagang cangkul sampai ke paru
Mutilasi dan bunuh-bunuhan tak lagi tabu
Akun akun genit robek seragam dapat lope beribu
Bertebaran..berita cinta yang kebablasan akhirnya sisakan korban
Edan!
Ada memang yang katakan,
Kalau masa muda jangan cuma berkelakar
YOLO! YOU-ONLY-LIVE-ONCE
Jelajahi dunia, selami alam nalar
Namun bukannya mewaras, justru edannya tambah-tambah
Ucap kita..
Coba coba asal tidak ganggu orang lain, kenapa tidak?
Akal terlanjur akrab berpikir sekuler
Apapun boleh asal baik
Baik kata siapa?
Lebih asik komentari dagelan daripada sok intelek tentang politik
Lebih seru meracau kata kata romantis nan so sweet
Belajar cium cium ala Rangga dan Cinta
Tak perlulah dalami tsaqafah Islam, bisa disangka terorisss
Toh lingkungan juga mendukung,
Lagu-lagu pembangkit birahi masih diputar
film film receh di televisi terus digelar
Botol miras bangga betul dipajang di angkutan umum
Pemerintahnya bela mati prostitusi dan tempat mesum
Lebih-lebih masyarakat kian permisif
Katanya,
yang dicoba-coba toh dirinya sendiri -atau bersama pacar milik pribadi
Peduli amat halal atau haram,
Agama kan sekedar pelengkap kehidupan,
Sekedar cukup tau
Tapi…
Adakalanya aku merasa pedih diam diam
Sebab aku perempuan..
Aku muslimah..
Di tanganku dibebankan amanah peradaban
Di kakiku dititipkan surga
Surga macam apa yang ada di kaki generasi rusak begini, eh?
Surga yang tak dirindukan?
Rabbiii…
Ampun aku atas jelaga dosa diri
Lalai aku jadi dan siapkan generasi berbakti
Geram aku pada negeri ini
Bagaimana tidak bencana didatangkan tiada henti
Bila solusi Islam masih dimaki-maki?
Ajarannya bak makanan resepsi,
dipilah pilih sekedar tentang amal soleh dan berbaik hati
Masalah sosial masyarakat duh pakai logika saja
Toh hukumnya sudah jadi
Bantu aku yaaaa Rabbi..
Agar kelak di hadap munkar nakir dapat kujawab dengan pasti
Aku, intelektual muslimah sejati
Yang bergegas pada ketaatan
Yang tak lupakan kewajiban
Yang senantiasa pikirkan nasib umat
Yang kepada aturanMu segala kelakuan bersandarkan
Jadikanlah aku yaaa Rabii
Generasi mercusuar peradaban
Yang dari rahimnya lahir sebaik baik manusia
Gemona surga, mutiara nusantara
Seberapa kental candu mengalir dalam darahku
Aku pun tak terlalu paham, namun akan lekas ku cari tahu
Sebab kendali harus segera berlaku
Bukankah begitu?
ABOUT THE AUTHOR
Hai kenalin! Gue Rizka, sekarang mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB. Gue sukanya banyak, salah satunya adalah nulis dan makin kesini gue makin menyadari ada banyak hal dalam hidup ini yang kadang perlu dikritisi, didukung, atau disebarluaskan. Makanya blog adalah tempat yang gue rasa tepat untuk menyalurkan semua itu. Sambil sesekali bisa jadi tempat gue berbagi cerita. Salam kenal dan selamat membaca!
0 comments:
Post a Comment