Happy Eid Mubarak everyone!
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439H! Selamat berlebaran dan selamat saling maaf-maafan! Mohon maaf lahir bathin atas segala salah dan khilaf, ya, teman-teman... Semoga kita semua masih berkesempatan bertemu Ramadhan di tahun depan.
Fyuh! Udah hampir setahun ya, gue gak nulis di sini. Sarang laba-laba bener-bener udah ada di setiap sudut blog ini whehehe. Padahal di setahun ke belakang, ada banyak sekali pengalaman yang pengen gue bagi. Kendalanya adalah waktu. Bahkan ada salah satu momen dalam setahun ke belakang, gue nyaris menyerah dengan segala aktivitas gue. Alhamdulillahnya, gue bisa me-reset niat sehingga hal-hal semacam "menyerah" cuma sampai tahap "nyaris". Pun waktu bukan jadi kendala, prioritas gue terhadap blog rasanya sudah sangat rendah :( Di sela-sela waktu kosong, rasanya lebih asik baca novel, main gitar atau nonton YouTube berjam-jam dari pada nge-blog, selain karena ya tadi, masalah waktu, gue sadar demand blogging itu makin sedikit jadi ya semacam "buat apa ngeblog?". Semoga enggak lagi-lagi deh, ya. Ini tuh sarana! Toh alhamdulillahnya masih ada readers yang dengan ramah wave to me via Line atau Instagram yg selalu memacu gue untuk nulis lagi huhuhuhu terharu sama klean2 itu :""""}
Jadi, bulan Mei lalu, gue alhamdulillah diberi kesempatan oleh Allah untuk terbang ke Filipina. Mengikuti rangkaian kegiatan Asia-Pacific Regional Meeting 2018 atau disingkat APRM. Khusus cerita APRM dan perjuangan segalalalalanya insyaAllah akan gue buat dalan post terpisah, ya.
Nah, sebagaimana kita tahu, Mei kemarin, ummat Islam di seluruh dunia kedatangan tamu yang sangat berharga. Hanya datang setahun sekali dan setiap muslim pasti berharap didatangi lagi di tahun berikutnya. Tidak lain, bulan Ramadhan. Atau kalau di hashtag-hashtag seringnya bilang #RamadhanKareem. Dan di postingan kali ini, gue mau cerita bagaimana gue melewati bulan Ramadhan di Filipina kemarin, yang notabanenya bukan negri muslim dan dalam konteks gue ikut kegiatan APRM dengan seabreg jadwal yang menguras keringat dan pikiran.
Sejujurnya, momen Ramadhan kemarin adalah Ramadhan dengan capaian kuantitas yang paling buruk menurut gue. Bahkan gue enggak khatam satu kali pun, enggak i'tikaf satu kali pun, dan tarawih bahkan enggak full. Terus kenapa gue seolah songong banget segala cerita pengalaman Ramadhan 2018? Ya karena engga perlu nunggu baik kan untuk ngomong kebaikan? Di sisi lain, gue dapet insight baru yang lebih mengisi bathiniyah gue sebagai muslim dan sebagai orang lapangan.
Sebelum berangkat APRM kemarin, gue udah meniatkan untuk tetep puasa layaknya gue sedang tidak berpergian. Ketika gue bener-bener enggak sanggup baru gue akan mengizinkan diri gue untuk buka. Hampir setiap hari gue hanya bersahur doa :) Sesekali gue sahur dengan sisa makanan malam dan sesekali yang lainnya, gue sahur dengan super bubur yang dibuat di gelas hotel :) Pada awalnya gue ngerasa engga akan kuat. Karena baru di hari pertama saja, yang agendanya cuma pembukaan dan talkshow dalam ruangan, badan gue udah lemes banget, lunglai dan 3L lainnya. Plus ngantuk. Gue udah mikir kayaknya di kegiatan-kegiatan fieldtrip gue bakal mokel aja. Tapi karena tadi, sebelum ke Filipin emang gue niatkan untuk terus puasa, jadinya tiap hari tetep dari awal gue puasa-in.
Dan tibalah hari fieldtrip pertama. Gilak. Kita exploring Underground River Palawan, kemudian caving. Itu manjat-manjat gua (cave) yang posisinya hampir vertikal segala macem. Sampe pake zip line buat pengamanan. Napas engep lah pokoknya. Baju basah karena keringet. Terus sorenya pada jajan beli semacem minuman King Manggo (fyi Filipina ini cukup terkenal dengan Mangga-nya yang luar biasa). Tapi tetep gue kuat-kuatin. Sampe azan maghrib, dan kuat-kuat aja tuh gue.
Fieldtrip kedua. Lebih gila lagi. Kita melakukan Island Hopping di El Nido dengan rincian kayaking, nyelem, dan renang di tiga spot. Gila banget! Bibir gue ampe keriting karena dehidrasi dan rasanya asin-asin laut. Salah seorang temen gue paha-nya kesangkut batu dan sobek ringan. Dan kebayang kan betapa lapernya kalo kita habis renang tuh. Dan siangnya, agenda delegasi adalah makan siang sambil bakar-bakar. Betapa geregetnya gue yekan. Tapi tetep gue kuat-kuatin. Gue, Kak Athiyah dan Bang Firman memilih menjauh dari kerumunan dan mencari tempat untuk sholat. At first, gue ga yakin im gonna make it but I was actually made it! Buktinya, kuat-kuat aja tuh.
Dari situ gue tersadar. Bahwa Allah itu sejatinya akan memudahkan langkah-langkah kita yang disertai asmaNya. Tinggal gimana kita show up ke Allah usaha-usaha kita di setiap langkah itu. Analogi murahnya, ya layaknya asisten praktikum. Seorang asprak ga mungkin mau ngedongkrak nilai kita 'kan kalau kita enggak nunjukin usaha kita dalam menyelesaikan laporan? Apalagi Tuhan coba, yang udah dengan cuma-cuma ia beri kita udara, air, sinar matahari, orang-orang yg selalu sayang kita, dan (dalam konteks gue kemarin) memberi gue kesempatan untuk menjelajah sebagian kecil dari ciptaanNya. Alasan apa lagi yang bisa gue lontarkan ke Langit untuk minta dimaklumi?
Selanjutnya gue merasa, ini adalah salah satu tantangan indah yang Allah kasih buat gue sebagai orang lapangan. Sebagai orang lapangan, udah jadi konsekuensi bagi kita untuk mempelajari fiqih lebih dalam dari pada mereka yang biasa ketemu masjid 5 kali sehari, air berlimpah dimana-mana, baju enggak pernah najis, kaos kaki engga pernah kebanjiran darah, dan lain-lain. Kita udah selayaknya punya ilmu lebih soal alternatif-alternatif yang jauh berbeda dari common use kita selama ini. Kita juga harus ngerti betul definisi rukhsokh itu seperti apa dan kondisi-kondisi apa yang menyebabkan kita termasuk di dalamnya. Apalagi perempuan, yang--clearly--lebih banyak ribetnya. Kita jangan terus-terusan meleng dari kewajiban dengan tameng "Allah Maha Pemaklum" yang padahal Allah sendiri bilang, "bersama kesulitan, pasti ada kemudahan".
Dan gue sekarang melihat itu sebagai tantangan indah. Kenapa? Contoh kecil kemarin aja, gue seneng temen-temen Asia yang ngerasa aneh dengan "puasa" "sholat" "ifthar" bertanya-tanya ke gue soal rasanya seperti apa, kok bisa kuat sih, apa itu azan, dan lain-lain yang sesaat mengingatkan gue pada Hanum Rais dengan Cahaya di Langit Eropa-nya. Kemudian balik lagi ke tadi, gue sempet dirundung pesimis dan sedih karena Ramadhan kali ini betul-betul minim kuantitas, tapi gue bangkit kembali menyadari Allah itu menilai usaha-usaha kita, ya kan?
Di hari kemenangan 2018 ini, gue berharap semoga semakin banyak orang-orang sholeh yang bisa terus saling support dalam kebaikan dan kesabaran. Semakin banyak juga orang-orang lapangan yang lebih dekat dengan Allah karena selayaknya demikian, sebab di lapangan-lah kesadaran-kesadaran atas agungnya Allah itu biasa terasa. Dan semoga kita masih bisa bertemu hari kemenangan ini di tahun depan dengan presiden baru eh baju baru maksudnyaa :D
1 Syawal 1439H
Best Regards,
Rizka Nurul Afifa
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439H! Selamat berlebaran dan selamat saling maaf-maafan! Mohon maaf lahir bathin atas segala salah dan khilaf, ya, teman-teman... Semoga kita semua masih berkesempatan bertemu Ramadhan di tahun depan.
Fyuh! Udah hampir setahun ya, gue gak nulis di sini. Sarang laba-laba bener-bener udah ada di setiap sudut blog ini whehehe. Padahal di setahun ke belakang, ada banyak sekali pengalaman yang pengen gue bagi. Kendalanya adalah waktu. Bahkan ada salah satu momen dalam setahun ke belakang, gue nyaris menyerah dengan segala aktivitas gue. Alhamdulillahnya, gue bisa me-reset niat sehingga hal-hal semacam "menyerah" cuma sampai tahap "nyaris". Pun waktu bukan jadi kendala, prioritas gue terhadap blog rasanya sudah sangat rendah :( Di sela-sela waktu kosong, rasanya lebih asik baca novel, main gitar atau nonton YouTube berjam-jam dari pada nge-blog, selain karena ya tadi, masalah waktu, gue sadar demand blogging itu makin sedikit jadi ya semacam "buat apa ngeblog?". Semoga enggak lagi-lagi deh, ya. Ini tuh sarana! Toh alhamdulillahnya masih ada readers yang dengan ramah wave to me via Line atau Instagram yg selalu memacu gue untuk nulis lagi huhuhuhu terharu sama klean2 itu :""""}
Jadi, bulan Mei lalu, gue alhamdulillah diberi kesempatan oleh Allah untuk terbang ke Filipina. Mengikuti rangkaian kegiatan Asia-Pacific Regional Meeting 2018 atau disingkat APRM. Khusus cerita APRM dan perjuangan segalalalalanya insyaAllah akan gue buat dalan post terpisah, ya.
Nah, sebagaimana kita tahu, Mei kemarin, ummat Islam di seluruh dunia kedatangan tamu yang sangat berharga. Hanya datang setahun sekali dan setiap muslim pasti berharap didatangi lagi di tahun berikutnya. Tidak lain, bulan Ramadhan. Atau kalau di hashtag-hashtag seringnya bilang #RamadhanKareem. Dan di postingan kali ini, gue mau cerita bagaimana gue melewati bulan Ramadhan di Filipina kemarin, yang notabanenya bukan negri muslim dan dalam konteks gue ikut kegiatan APRM dengan seabreg jadwal yang menguras keringat dan pikiran.
Sejujurnya, momen Ramadhan kemarin adalah Ramadhan dengan capaian kuantitas yang paling buruk menurut gue. Bahkan gue enggak khatam satu kali pun, enggak i'tikaf satu kali pun, dan tarawih bahkan enggak full. Terus kenapa gue seolah songong banget segala cerita pengalaman Ramadhan 2018? Ya karena engga perlu nunggu baik kan untuk ngomong kebaikan? Di sisi lain, gue dapet insight baru yang lebih mengisi bathiniyah gue sebagai muslim dan sebagai orang lapangan.
Bang Firman sedang sholat di salah satu pantai di El Nido |
Sebelum berangkat APRM kemarin, gue udah meniatkan untuk tetep puasa layaknya gue sedang tidak berpergian. Ketika gue bener-bener enggak sanggup baru gue akan mengizinkan diri gue untuk buka. Hampir setiap hari gue hanya bersahur doa :) Sesekali gue sahur dengan sisa makanan malam dan sesekali yang lainnya, gue sahur dengan super bubur yang dibuat di gelas hotel :) Pada awalnya gue ngerasa engga akan kuat. Karena baru di hari pertama saja, yang agendanya cuma pembukaan dan talkshow dalam ruangan, badan gue udah lemes banget, lunglai dan 3L lainnya. Plus ngantuk. Gue udah mikir kayaknya di kegiatan-kegiatan fieldtrip gue bakal mokel aja. Tapi karena tadi, sebelum ke Filipin emang gue niatkan untuk terus puasa, jadinya tiap hari tetep dari awal gue puasa-in.
Dan tibalah hari fieldtrip pertama. Gilak. Kita exploring Underground River Palawan, kemudian caving. Itu manjat-manjat gua (cave) yang posisinya hampir vertikal segala macem. Sampe pake zip line buat pengamanan. Napas engep lah pokoknya. Baju basah karena keringet. Terus sorenya pada jajan beli semacem minuman King Manggo (fyi Filipina ini cukup terkenal dengan Mangga-nya yang luar biasa). Tapi tetep gue kuat-kuatin. Sampe azan maghrib, dan kuat-kuat aja tuh gue.
Momen caving bersama delegasi lainnya. |
Group picture sebelum Underground River exploration. |
Fieldtrip kedua. Lebih gila lagi. Kita melakukan Island Hopping di El Nido dengan rincian kayaking, nyelem, dan renang di tiga spot. Gila banget! Bibir gue ampe keriting karena dehidrasi dan rasanya asin-asin laut. Salah seorang temen gue paha-nya kesangkut batu dan sobek ringan. Dan kebayang kan betapa lapernya kalo kita habis renang tuh. Dan siangnya, agenda delegasi adalah makan siang sambil bakar-bakar. Betapa geregetnya gue yekan. Tapi tetep gue kuat-kuatin. Gue, Kak Athiyah dan Bang Firman memilih menjauh dari kerumunan dan mencari tempat untuk sholat. At first, gue ga yakin im gonna make it but I was actually made it! Buktinya, kuat-kuat aja tuh.
Kayaking di Small Lagoon, El Nido. |
Selfie bersama Kak Athiyah, senior asal UGM XD |
Dari situ gue tersadar. Bahwa Allah itu sejatinya akan memudahkan langkah-langkah kita yang disertai asmaNya. Tinggal gimana kita show up ke Allah usaha-usaha kita di setiap langkah itu. Analogi murahnya, ya layaknya asisten praktikum. Seorang asprak ga mungkin mau ngedongkrak nilai kita 'kan kalau kita enggak nunjukin usaha kita dalam menyelesaikan laporan? Apalagi Tuhan coba, yang udah dengan cuma-cuma ia beri kita udara, air, sinar matahari, orang-orang yg selalu sayang kita, dan (dalam konteks gue kemarin) memberi gue kesempatan untuk menjelajah sebagian kecil dari ciptaanNya. Alasan apa lagi yang bisa gue lontarkan ke Langit untuk minta dimaklumi?
Di depan salah satu restoran halal di Manila. |
Bersama teman-teman Asia, yang kebetulan semua berkacamata! |
Selanjutnya gue merasa, ini adalah salah satu tantangan indah yang Allah kasih buat gue sebagai orang lapangan. Sebagai orang lapangan, udah jadi konsekuensi bagi kita untuk mempelajari fiqih lebih dalam dari pada mereka yang biasa ketemu masjid 5 kali sehari, air berlimpah dimana-mana, baju enggak pernah najis, kaos kaki engga pernah kebanjiran darah, dan lain-lain. Kita udah selayaknya punya ilmu lebih soal alternatif-alternatif yang jauh berbeda dari common use kita selama ini. Kita juga harus ngerti betul definisi rukhsokh itu seperti apa dan kondisi-kondisi apa yang menyebabkan kita termasuk di dalamnya. Apalagi perempuan, yang--clearly--lebih banyak ribetnya. Kita jangan terus-terusan meleng dari kewajiban dengan tameng "Allah Maha Pemaklum" yang padahal Allah sendiri bilang, "bersama kesulitan, pasti ada kemudahan".
Dan gue sekarang melihat itu sebagai tantangan indah. Kenapa? Contoh kecil kemarin aja, gue seneng temen-temen Asia yang ngerasa aneh dengan "puasa" "sholat" "ifthar" bertanya-tanya ke gue soal rasanya seperti apa, kok bisa kuat sih, apa itu azan, dan lain-lain yang sesaat mengingatkan gue pada Hanum Rais dengan Cahaya di Langit Eropa-nya. Kemudian balik lagi ke tadi, gue sempet dirundung pesimis dan sedih karena Ramadhan kali ini betul-betul minim kuantitas, tapi gue bangkit kembali menyadari Allah itu menilai usaha-usaha kita, ya kan?
Di hari kemenangan 2018 ini, gue berharap semoga semakin banyak orang-orang sholeh yang bisa terus saling support dalam kebaikan dan kesabaran. Semakin banyak juga orang-orang lapangan yang lebih dekat dengan Allah karena selayaknya demikian, sebab di lapangan-lah kesadaran-kesadaran atas agungnya Allah itu biasa terasa. Dan semoga kita masih bisa bertemu hari kemenangan ini di tahun depan dengan presiden baru eh baju baru maksudnyaa :D
1 Syawal 1439H
Best Regards,
Rizka Nurul Afifa
ABOUT THE AUTHOR
Hai kenalin! Gue Rizka, sekarang mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB. Gue sukanya banyak, salah satunya adalah nulis dan makin kesini gue makin menyadari ada banyak hal dalam hidup ini yang kadang perlu dikritisi, didukung, atau disebarluaskan. Makanya blog adalah tempat yang gue rasa tepat untuk menyalurkan semua itu. Sambil sesekali bisa jadi tempat gue berbagi cerita. Salam kenal dan selamat membaca!
0 comments:
Post a Comment